Mumtazah Blog

Kelak tinta orang yang berilmu akan ditimbang dengan darah orang yang mati syahid. Ternyata, tinta orang yang berilmu mengungguli darah syuhada_(Imam Ghozali)


Orang yang bijak dan cerdas, akan senantiasa berusaha untuk mengubah kerugian menjadi sebuah keberuntungan. Orang yang sabar mampu menahan diri, menerima dengan lapang dan kerelaan atas musibah yang terjadi serta mengambil hikmahnya.
                Ketika seorang wanita muslimah ditimpa suatu problematika dalam kehidupan, ia dapat melihat sisi terang dari peristiwa itu. Janganlah anda merasa terhimpit dengan beban hidup yang berat. Yakinlah setiap keadaan pasti berubah dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dari-Nya dengan sabar. Wanita yang cerdas, apabila dihadiahi ular, tidak akan bingung dan cemas, tetapi segera sadar ular itu dapat di jual dan menguntungkan. Jika di sengat kalajengking, tidak berteriak histeris, karena bisa binatang itu mendatangkan kekebalan tubuh dari binatang berbisa lainnya.
                Belajarlah dari wanita shalihah, Zubaidah. Ia muslimah dari kalangan bangsawan, yang sejak kecil mendapat gelar: “Permata Putih. Kamu adalah permata mungil.”  Sesudah dewasa Zubaidah di pinang Harun ar-Rasyid, dengan alunan musik dan pakaian kebesaran dia masuk istana al Mahdi, bermandi cahaya dan berhiaskan untaian mutiara. Bagi Harun , Zubaidah adalah permaisuri yang cerdas, teguh pendirian setia dan romantis. Ketika di puncak kekuasaanya , Harun tidak jarang mendapat masukan masukan dari Zubaidah. Berjalanlah hidup mereka dalam keharmonisan bertahun lamanya, sampai satu saat banyak wanita nan jelita dari kalangan bangsawan dipersembahkan ar-Rasyid. Hal itu membuat hati zubaidah di terkam rasa cembur, yang membuat kesedihan mulai menjalar menekan batinnya. Namun ia tidak tenggelam dalam kecemburuan dan kesedihan, ia menghadapi dengan kesabaran.
                 Dalam kesabaran itu Zubaidah mengajarka Al-Qur’an kepada tidak kurang seratus sahaya, hingga mereka mahir membaca kitab suci. Bacaan yang mereka lantunkan laksana dawai ratusan lebah mengisi istana ar-Rasyid. Dengan ushanya yang penuh kesabaran itu, Zubaidah memperoleh ketenangan dan ketrentaman jiwa. Tidak lama, sesuai dengan kehendak Allah Harun ar-Rasyid wafat. Putra Zubaidah al-Amin menduduki tahta kekuasaan. Muncul pula fitnah keji di hembuskan para musuh, sehingga menimbulkan konflik antara dua bersaudara, yaitu antara al-Amin dan al-Ma’mun. Zubaidah tidak ingin hal buruk menimpa al-Ma’mun, sekalipun dia lebih mencintai al-Amin, dan memang al-Aminlah yang berhak menjadi khalifah. Ia berpesan kepada panglima perang al-Amin, untuk memberitahu kepada al-Ma’mun tentang hak saudaranya itu.
                Api kekuasaan tidak dapat di padamkan, dalam pertempuran konflik bersaudara itu, ternyata al-Amin terbunuh. Sekaligus mengucapkan belasungkawa dan minta ma’af, al-Ma’mun menemui ibunya: “Tak perlu ibu bersedih, anggaplah saya pengganti al-Amin.” Zubaidah menjawab: ”Bagaimana saya tidak sedih, kalau anak saya dig anti saudara seperti kamu.” Zubaidah harus menerima musibah berat itu dengan penuh kesedihan dan penderitaan batin. Dengan kecerdasan dan kesabarannya, untuk menutupi kesedihannya ia melaksanakan ibadah haji. Selama di Makkah ia melihat para jama’ah haji kekurangan air, dan harganya sangat mahal. Zubaidah bersumpah di tanah suci bahwa ia akan menyerahkan seluruh kekayaannya untuk membangun sarana mendapatkan air bagi jama’ah haji.
                Zubaidah mengumpulkan para ahli dan mengirimkannya ke Makkah untuk membangun penampungan air di daerah Hunain, disalurkan ke Makkah. Sedangkan dari mata air Wadi Numan dialirkan ke Arafah, dan dari pekerjaan mulia tersebut, sarana air tersebut abadi sepanjang masa. Bertawakallah kepada Allah dan semua perkara kepada-Nya serta terimalahsemua ketentuannya dengan kecerdasan dan kesabaran. Dengan sepenuh hati berlindunglah kepada-Nya karena Dia cukup sebagai pelindungmu. Ketauhilah bahwa kesulitan itu akan membuka pendengaran dan penglihatan, menghidupkan hati dan mendewasakan jiwa. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati.” (QS. Ali-imran: 139)
                Senantiasa ingatlah, sesungguhnay anda paling tinggi dalam hal akidah dan pemahaman hukum-hukum agama, itu semua karena kecerdasan dan kesabaran. Belajarlah dari perjalanan hidup Zubaidah, permaisuri yang cerdas dan sabar. Insya Allah_:)
Semoga bermanfaat!

0 komentar:

Posting Komentar

Muslimah Mumtazzah

Seorang muslim haruslah senantiasa menjaga kehormatannya dan memelihara rasa malu karena hal itu bagian dari iman yang menjadi aqidah dan pedoman hidupnya. Malu dan iman bagian yang tidak terpisahkan. Apabila yang satu hilang maka yang lainnya ikut hilang.

Pos Populer

Pengikut

inspiration

Wanita-wanita yang tegar di hadapan Allah merasa bahagia ketika menerima berbagai bentuk kehilangan. karena sesungguhnya tidak ada yang hilang kecuali Allah menggantinya dengan yang lebih baik_

Cahaya Hati

Carilah dirimu dalam keberuntungan,
bukan dalam penyesalan dan kesedihan...
La Tahzan... "Innalloha ma'ana_"
Go go go Semangattt!!!

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

mouse